Nama Kelompok : NPM
Ardy Eko P : 21212051
Firdaus Harianja : 22212972
Muhammad Faisal Latif : 24212929
NEGARA HYPERINFLASI ZIMBABWE
Sejarah Singkat Republik Zimbabwe
Republik Zimbabwe adalah sebuah negara di
Afrika bagian selatan. Negara yang terkurung
daratan ini beratasan dengan Afrika Selatan di sebelah selatan, Botswana di
barat, Zambia di utara dan Mozambik di timur. Provinsi di Zimbabwe terbagi
menjadi 8 provinsi dan 2 kota yang berstatus setingkat provinsi: Bulawayo (kota), Harare (kota), Manicaland, Mashonaland Pusat,
Mashonalnd Timur, Mashonaland Barat, Matabeleland Utara, Mathabeleland Selatan,
dan Midlands. Ada dua teori tentang asal-usul kata "Zimbabwe":
Berbagai sumber berpendapat bahwa kata tersebutberasal dari "mabwe
dzimba--dza", diterjemahkan dari Karanga dialek Shona sebagai "rumah
besar dari batu" (dzimba = jamak dari imba, "rumah"; mabwe =
jamak dari BWE, "batu"). Arkeolog Peter Garlake mengklaim bahwa
"Zimbabwe" adalah bentuk dikontrak dzimba-Hwe yang berarti
"rumah dihormati" dalam dialek Zezuru dari Shona, dan biasanya
diterapkan untuk rumah kepala suku.
Dahulu, Zimbabwe dikenal sebagai Rhodesia Selatan.
Nama ini kemudian berubah menjadi Rhodesia diikuti oleh Zimbabwe Rhodesia.
Sekarang, negara ini dikenal sebagai Republik Zimbabwe. Negara Arab dan
Portugal adalah beberapa mitra dagang
Zimbabwe sejak zaman dahulu. Zimbabwe dieksplorasi oleh penjelajah David
Livingstone. Dahulu, Zimbabwe termasuk dalam koloni kerajaan Inggris dengan
nama Rhodesia Selatan yang dikelola oleh British South Africa Company. Negara ini memperoleh kemerdekaan pada
tanggal 18 April 1980 dengan Robert Mugabe sebagai presiden pertama. Awalnya,
Zimbabwe memiliki pemerintahan semi-presidensial. Pada tahun 1987, Mugabe
merevisi konstitusi sehingga menghapuskan pos perdana menteri dan membuat
sistem pemerintahan berubah menjadi
presidensial. Dalam keberjalanannya, timbul berbagai pemberontakan terhadap
kekuasaan pemerintah akibat kecurigaan terjadi kecurangan dalam pemilu
Zimbabwe dikenal sebagai negara kuno yang kaya akan
gading dan emas. Bahkan sampai saat ini, Zimbabwe diberkati dengan kelimpahan
berbagai bahan tambang seperti emas, tembaga, bijih besi, nikel, platinum,
lithium, batubara, kromium, dan asbes. Negara ini mempunyai iklim tropis dan
mengalami hujan lebih dari lima bulan setiap tahun. Memanfaatkan tanah yang
subur dan kaya akan bahan tambang, masyarakat di Zimbabwe mayoritas bekerja di
sektor pertanian dan pertambangan..Zimbabwe adalah sebuah negara tanpa lautan,
dikelilingi oleh Afrika Selatan di selatan, Botswana di barat, Zambia di barat
daya, dan Mozambique di timur dan timur laut. Inyangani adalah gunung tertinggi
di Zimbabwe dengan ketinggian 2.592 meter. Perbatasan barat-laut ditandai oleh
Sungai Zambezi. Air terjun Victoria adalah tujuan turis populer di Zambezi. Di
selatan, Zimbabwe dipisahkan dengan Afrika Selatan oleh Sungai Limpopo.
Zimbabwe juga berbatasan dengan Namibia
di barat melalui sebuah jalur sempit.
Perekonomian Zimbabwe (hiperinflasi)
Perekonomian Zimbabwe terus mengalami kemorosotan
dari negara ini berdiri sampai saat ini. Laju Inflasi di Zimbabwe rata-rata
53.081,99 persen dari tahun 1999 sampai dengan tahun 2015 dan mencapai inflasi
dengan level tertinggi sepanjang masa yaitu 2.660.522,20 persen (2,6 juta persen)
pada bulan Juli 2008. Tingkat inflasi di Zimbabwe sekarang tercatat -1,28
persen pada Januari 2015. Laju Inflasi di Zimbabwe dilaporkan oleh bank Reserve
Zimbabwe.
Perekonomian
Zimbabwe terus mengalami kemorosotan selama beberapa waktu ini. Inflasi negeri
ini terus meningkat hingga 2,2 juta persen, yang menjadi inflasi tertinggi di
dunia sehingga membuat perekonomian menjadi tak
terkendali, banyak penanam modal asing yang kehilangan sahamnya karena inflasi
tersebut dan membuat Zimbabwe di enggan untuk para penanam modal untuk
menanamkan modalnya karena takut kehilangan. Sebenarnya apa yang dialami
Zimbabwe bukan hanya sekedar inflasi, karena yang terjadi di Zimbabwe ini
adalah inflasi yang tidak terkendali atau bisa dikatakan yang dialami negara
Zimbabwe adalah hyperinflasi.
Akibat dari
hiperinflasi tersebut Zimbabwe harus redenominasi mata uang untuk mengurangi
pengaruh dari inflasi. Mereka mencetak mata uang dengan nominal yang Z$100,000,000,000,000
(100 triliun dolar
Zimbabwe). yang menjadi uang dengan nominal terbesar didunia
yang kemudian digantikan dengan dolar versi ke-4 dimana setiap $
100,000,000,000,000 (100 triliun dolar) uang lama digantikan menjadi $1 uang
baru. Di sana untuk membayar ongkos angkutan umum
seperti bus, kita harus membayar 3 triliun dolar Zimbabwe, namun itu setara
dengan 50 sen mata uang Amerika Serikat dan apabila dirupiahkan itu setara
dengan Rp. 5000. Contoh keunikan lain di negara ini adalah selain berlakunya
dolar Zimbabwe sebagai alat pembayaran, berlaku juga mata uang asing seperti
dolar Amerika dan Rand mata uang Afrika selatan. Akibat dari banyaknya mata
uang yang berlaku, tidak sedikit masyarakat Zimbabwe yang kembali melakukan
sistem barter karena kebingungan untuk menentukan kembalian dan kesulitan
masyarakat untuk membawa uang yang banyak hanya untuk membeli sesuatu. Beberapa
pertokoan bahkan mengganti uang kembali dengan permen, cokelat, atau kupon yang
ditulis tangan dan berlaku sebagai alat tukar. Ada kasus dimana seorang yang
ingin membeli roti harus membawa satu gerobak penuh berisi uang hanya untuk
membeli beberapa potong roti.
Saking parahnya
hiperinflasi, kas negara Zimbabwe hanya sebesar US$ 217 atau sekitar Rp 2,06
juta (Rp 9.500/US$) yang tersimpan di bank. Dana tersebut merupakan anggaran
pemerintah untuk kepentingan publik tahun ini. Kondisi negara Zimbabwe yang
seperti ini harus segara menemukan pemecahan masalah mengingat bahwa kondisi
ekonomi Zimbabwe akan menjadi efek domino yang panjang bagi Zimbabwe sendiri.
Kesehatan di Zimbabwe
Sistem kesehatan di Zimbabwe merupakan salah satu
yang terburuk di dunia dimana tingkat harapan hidup untuk pria hanya sampai
umur 44 tahun dan 43 tahun untuk wanita hasil ini menunjukkan penurunan
dibandingkan pada tahun 1990. Penurunan ini disebabkan karena kasus HIV/AIDS.
Tingkat kematian bayi juga meningkat dari 5,9% pada akhir tahun 1990an menjadi
12,3% pada tahun 2004 , sementara itu pada waktu yang bersamaan terjadi tingkat
kelahiran bayi yang meningkat secara
drastis. Sistem fasilitas kesehatan juga tidak berbeda jauh dengan kondisi
kesehatan masyarakat. Pada akhir November 2008, tiga dari empat rumah
sakit besar di Zimbabwe ditutup. Selain
itu, para dokter dan ahli medik juga melakukan migrasi besar-besaran seiring
dengan memburuknya keadaan politik dan ekonomi. pada Agustus 2008, sebagian
besar daerah Zimbabwe mengalami epidemi kolera. Keadaan ini semakin parah
dengan 10.000 orang terinfeksi kolera di hampir seluruh provinsi di Zimbabwe.
Epidemi ini juga tersebar hingga ke negara tetangga seperti Botswana, Mozambik,
Afrika Selatan dan Zambia
Meskipun ekonomi tumbuh rata-rata lebih dari 4% per
tahun antara 1980-1990. Dekade berikutnya melihat pertumbuhan yang lebih, tapi
ini semua berubah pada tahun 2000. Disinilah merupakan titik balik utama bagi
perekonomian mereka. Pertanian merupakan ekspor utama Zimbabwe, dan banyak
peternakan yang sebelumnya memproduksi dan mengekspor tanaman di luar negeri
kini dialihkan ke tangan orang lain, dalam banyak kasus, peternakan mereka
berada di tangan pejabat pemerintah yang tidak tahu bagaimana bertani. Inflasi
pada tahun 2000 di Zimbabwe lebih dari 55%, tetapi hanya satu tahun kemudian
pada tahun 2001 inflasi telah mencapai lebih dari 112%. Tanah terus
didistribusikan, modal terbang keluar negeri. Investor kehilangan kepercayaan
yang diinvestasikan ke Zimbabwe, dan tidak ingin mengambil risiko memiliki
modal mereka terikat dengan rezim Mugabe. Inflasi pada tahun 2003 adalah 598%.
Dolar Zimbabwe mulai runtuh.
Dengan barang esensial yang diimpor ke Zimbabwe,
serta melemahnya mata uang mereka membuat produk lebih mahal untuk dibeli
seperti makanan dan tempat tinggal. Pada tahun 2006, Dr Gideon Gono, kepala The
Reserve Bank of Zimbabwe, melakukan 're-evaluasi, "di mana mata uang baru
akan dicetak. Dolar 'Baru' itu bernilai sekitar 1000 dolar. Inflasi pada tahun
2006 adalah 1.281%. Angka itu terus bertambah hingga mencapai angka 2.2juta%
pada tahun 2008. Angka ini amat-sangat mencengangkan, nilai mata uang Zimbabwe
sangat kehilangan daya belinya.
Terjadinya krisis ekonomi global (krisis moneter)
yang terjadi di berbagai negara, baik negara berkembang maupun negara maju
membuat beberapa mata uang negara mengalami penurunan kurs dan harga
bahan-bahan pokok meningkat secara drastis. Namun yang dialami Zimbabwe jauh
lebih parah dibanding negara-negara lain yang mengalami dampak krisis global
ini. Dari penyebab tersebut Zimbabwe mengalami inflasi yang mencapai 2,2juta%
sehingga membuat perekonomian menjadi tak terkendali, banyak penanam modal
asing yang kehilangan sahamnya karena inflasi tersebut dan membuat Zimbabwe di
enggan untuk para penanam modal untuk menanamkan modalnya karena takut
kehilangan. Sebenarnya apa yang dialami Zimbabwe bukan hanya sekedar inflasi,
karena yang terjadi di Zimbabwe ini adalah iflasi yang tidak terkendali atau
bisa dikatakan yang dialami negara Zimbabwe adalah hiperinflasi. Akibat dari
hiperinflasi tersebut Zimbabwe harus redenominasi mata uang untuk mengurangi
pengaruh dari inflasi. Mereka mencetak mata uang dengan nominal yang 100
triliun dolar Zimbabwe. Di sana untuk membayar ongkos angkutan umum seperti
bus, kita harus membayar 3 triliun dolar Zimbabwe, namun itu setara dengan 50
sen mata uang Amerika Serikat dan apabila dirupiahkan itu setara dengan Rp.
5000. Contoh keunikan lain di negara ini adalah selain berlakunya dolar
Zimbabwe sebagai alat pembayaran, berlaku juga mata uang asing seperti dolar
Amerika dan Rand mata uang Afrika selatan. Akibat dari banyaknya mata uang yang
berlaku, tidak sedikit masyarakat Zimbabwe yang kembali melakukan sistem barter
karena kebingungan untuk menentukan kembalian dan kesulitan masyarakat untuk
membawa uang yang banyak hanya untuk membeli sesuatu. Beberapa pertokoan bahkan
mengganti uang kembali dengan permen, cokelat, atau kupon yang ditulis tangan
dan berlaku sebagai alat tukar. Ada kasus dimana seorang yang ingin membeli
roti harus membawa satu gerobak penuh berisi uang hanya untuk membeli beberapa
potong roti. Saking parahnya hiperinflasi, kas negara Zimbabwe hanya sebesar
US$ 217 atau sekitar Rp 2,06 juta (Rp 9.500/US$) yang tersimpan di bank. Dana
tersebut merupakan anggaran pemerintah untuk kepentingan publik tahun ini.
Kondisi negara Zimbabwe yang seperti ini harus segara menemukan pemecahan
masalah mengingat bahwa kondisi ekonomi Zimbabwe akan menjadi efek domino yang
panjang bagi Zimbabwe sendiri.
Kebijakan Pemerintah dalam
menghadapi negara Zimbabwe
Sebenarnya, kalau kita cermati, Negara Zimbabwe ini
tidak mengalami kemiskinan mutlak, tetapi lebih tepat kita sebut kesenjangan
sosial. Ini bisa dilihat dari kondisi ekonomi presidan Zimbabwe, Robert Mugabe
yang memiliki istana yang sangat mewah di tengah tengah kemiskinan rakyatnya.
Bahwa kehidupan di masyarakat kadangkala tergambar seperti apa yang terjadi
dalam kehidupan di laut atau samudera. Kehidupan di laut selalu terdapat
ikan-ikan besar yang selalu memangsa ikan-ikan kecil. Ikan-ikan kecil itu tidak
bisa mendapatkan makanan, bukan karena tidak mau atau bisa mencarinya,
melainkan oleh karena ketakutan dengan ikan besar bahkan menjadi mangsanya. Sebagai
pilihan aman, mereka hanya mencari di wilayah-wilayah yang tidak mungkin
didatangi oleh ikan besar, sekalipun.
Tempat itu
sudah terlanjur gersang, atau bahkan tidak tersedia makanan.Kelompok ikan-ikan
kecil tidak mendapatkan makanan, bukan disebabkan mereka tidak bisa mencarinya,
melainkan karena kalah bersaing, dan bahkan justru dimangsa oleh ikan besar itu
sendiri. Gambaran seperti itu juga terjadi dalam kehidupan manusia dan
masyarakat terbuka seperti sekarang ini. Orang-orang miskin sebenarnya telah
kalah dari berbagai persaingan dengan orang-orang yang kaya akses itu. Mungkin
permasalahan-permasalahan ekonomi dan kesenjangan social di Zimbabwe ini dapat
diatasi dengan pelengseran penguasa saat ini, dan menggantinya dengan sosok
yang bisa mengatasi hal ini, walaupun itu juga berisiko pemimpin selanjutnya
juga terpengaruh dengan sikap Robert Mugabe. Upaya lain yang harus dilakukan
adalah campur tangan PBB untuk turun tangan dalam mengatasi kemiskinan tersebut.
Referensi
:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar