Kamis, 11 Oktober 2012

Galaxy Food City




·     Keunggulan (STRENGHT)
-          Tempat ini menyediakan berbagai macam kuliner makanan dan minuman
-          Memiliki fasilitas yang memadai
-          Adanya menu-menu barat maupun Indonesia
-          Harganya cukup terjangkau
-          Banyak orang yang tau atau terkenal
-          Cocok untuk anak-anak muda maupun orang tua


·  Kelemahan (WEAKNESS)
-          Tempatnya terlalu sempit sehingga banyak pelanggan yang tidak kebagian tempat
-          Berada diluar(outdoor)
-          Kecilnya lahan untuk parker
-          Pelayanannya sedikit sehingga membutuhkan waktu lama sampai makanan jadi
-          Bahan makanan dan minuman sedikit, jadi cepat kehabisan


· Peluang (OPPORTUNITY)
-          Meningkatkan peluang dengan cara membesarkan lahan karena banyak lahan kosong
-          Meningkatkan peluang menarik pelanggan dengan menambah menu masakan terbaru
-          Memanfaatkan tekhnologi atau internet untuk mempromosikan GFC
-          Mengadakan event-event tertentu pada hari weekend
-          Mengadakan promosi dengan menurunkan harga makanan pada haru tertentu


· Ancaman (THREATS)
-          Sudah banyak bermunculuan foodcourt yg menyediakan tempat indoor
-          Persaingan harga yang kompetitif
-          Selera masyarakat yang mudah bosan
-           Adanya kenaikan harga pada bahan-bahan tertentu

Kamis, 04 Oktober 2012

warga johar baru

Warga Johar Baru Kembali Bentrok



Beberapa hari terakhir ini, Jakarta dihantui tawuran antar warga yang terjadi sporadis. Akhir pekan lalu, dua tawuran pecah di kawasan Johar Baru dan Pasar Rumput. Dan Selasa sore kemarin, tawuran serupa juga terjadi kawasan Tanah Tinggi. Tawuran ini memperlihatkan bahwa hukum dan peraturan tidak lagi ditakuti dan ditaati. Ada apa sebenarnya dengan masyarakat kita ?. Kenapa mereka begitu mudah tersulut. Berikut laporannya.

Hujan batu, kayu, botol kaca hingga bom molotov ini mewarnai bentrokan antar warga Tanah Tinggi, Johar Baru, Jakarta Pusat. Bentrokan massal yang terjadi  Selasa sore ini melibatkan ratusan pemuda dari gang  10 dan tetangganya di gang 12. 

Bentrokan kali ini kian mengukuhkan kawasan Johar Baru sebagai kawasan pemukiman paling rawan  bentrokan di seluruh wilayah ibukota Jakarta. Bentrokan ini hanya berselang dua hari dari bentrokan serupa yang terjadi  di Kecamatan Johar Baru, akhir pekan kemarin. Bahkan dalam kurun waktu empat bulan terakhir, tercatat sudah terjadi 23 kali bentrokan, di wilayah Johar Baru.

Entah apa yang memicu  tawuran antar warga ini, yang pasti, warga yang memulai tawuran ini tergolong nekad. Mengingat di wilayah Johar Baru, telah dipasang  kamera pemantau atau CCTV, yang ditempatkan di sejumlah  titik rawan tawuran, oleh Pemprov DKI Jakarta, sejak beberapa pekan lalu. Ironisnya, hingga saat ini banyak warga yang tidak tahu menahu pemicu bentrokan tersebut, meski  bentrokan sudah berulang kali terjadi.

Aparat kepolisian sendiri mengaku kewalahan, jika harus melerai warga yang sedang dikuasai emosi saat   terlibat dalam bentrokan. Aparat kepolisian hanya bisa menghimbau warga menahan diri  dan tidak terpancing oleh provokasi  pihak lain.

Bentrokan antar warga Gang 10 dan Gang 12 Tanah Tinggi, Johar Baru, Jakarta Pusat ini baru benar-benar berhenti, setelah aparat kepolisian melepaskan tembakan  dan gas air mata di lokasi kejadian. Polisi  juga memburu sejumlah  warga, yang terlibat dalam  tawuran. 

Mengapa begitu banyak warga yang mudah tersulut dan terlibat dalam bentrokan?. Benarkah bentrokan  di  Johar Baru yang  terjadi berulang-ulang ini murni karena persoalan yang muncul di antara mereka sendiri?.  Juru bicara Forum Betawi Rempug, Fajri Husein, menduga, adanya rekayasa dalam aksi  tawuran di  Johar Baru. 

Dugaan adanya upaya mengguncang stabilitas ibukota Jakarta, melalui serangkaian aksi tawuran di Johar Baru ini  juga diungkapkan Wakil Gubernur DKI Jakarta, Priyanto.  

Sementara menurut sejumlah pimpinan Badan Musyawarah Betawi,  berbagai  aksi tawuran hingga bentrokan  yang  terjadi di sejumlah tempat di Jakarta, dipicu  oleh tersumbatnya saluran komunikasi di masyarakat. Karena itu, pemerintah  bersama tokoh masyarakat, perlu lebih serius memperhatikan persoalan  di masyarakat. Khususnya terkait kemiskinan, yang  kian meluas. 

Bahkan kian seringnya aksi tawuran dan bentrokan secara massif, membuat Pemprov DKI Jakarta   menggolongkan kasus tawuran ini dalam bencana kemanusiaan, yang berpotensi menghancurkan bangunan  fisik dan tatanan sosial.

Terlepas dari apa pemicu bentrokan antar warga  yang kerap terjadi di sejumlah  tempat di Jakarta,  yang pasti, tawuran dan bentrokan massal ini sudah seharusnya dihentikan, untuk mencegah berbagai  kerusakan yang lebih serius yang bisa ditimbulkannya. Bukankah tawuran  dan bentrokan hanya akan menyisakan  kehancuran, baik bagi yang menang apalagi mereka yang dikalahkan.